LAKUKAN YANG TERBAIK, YAKINLAH KAU PUN AKAN MENDAPATKAN YANG TERBAIK PULA
Transaksi sebaiknya COD saja di Cisaat Sukabumi atau ke rumah. Call me at : 0856 240 6666 5, agar Halal dan tidak saling dirugikan.

FADIAH IDZNI

Assalamualaikum wr.wb.
Hai semuanyaa~ Salam kenal ya, namaku Fadiah Idzni. Teman-teman biasa memanggilku Dea. Aku bersekolah di SMPIT Adzkia Sukabumi tepatnya di kelas 9A. Aku lahir di Sukabumi, 16 April 2000, yang artinya umurku sudah 14 tahun. Hobiku nggak begitu banyak sih, sebagiannya jarang ditekuni pula. Tapi aku selalu berusaha suapaya hobiku bermanfaat dan bisa membantuku mencapai kesuksesan suatu hari nanti. Hobiku yaitu baca buku, dengerin musik, jalan-jalan, menggambar, nulis cerita, dan main piano. Biasa aja kan? Karena Nothing is true, but that which is simple. Jadi, hidup itu nggak ada yang pasti kecuali kesederhanaan.
Oke, mungkin itu biodata ‘kurang lengkap’ dari aku. Dan, inilah pengalaman yang akan aku ceritakaaan~
Tunggu, mulai dari mana ya? Oke mungkin dari sini aja.

Funny Moment

Sebenernya pengalaman lucu selama 3 tahun sekolah di SMPIT ini, banyak banget, dan biasanya kenangan-kenangan lucu itulah yang bakal jadi memori tak terlupakan. Mulai dari kelas 7, orang-orang bilang masa awal MOPD adalah hal yang sangat menyiksa. Dan, itu memang benar, orang-orang tersebut benar sekali! Panas, sama teman sekelompok nggak saling kenal, tertawa pun mungkin masih malu-malu, senyuman canggung, pokoknya nggak nyaman banget. Tapi aku masih ingat sampai sekarang, kata-kata Kak Nabila (Alumni), waktu pembukaan MOPD. Katanya, “Dulu kita juga gitu, masih malu satu sama lain (sambil menunjuk ke teman-temannya), tapi liat sekarang? Kita jadi deket. Ntar juga kalian gitu,” dan, seakan doa Kak Nabila terkabul, kita benar-benar jadi deket. Nggak ada kesan malu, canggung, seolah yang sedang kita ajak ngobrol hari, yaitu teman-teman kita, adalah keluarga sendiri. 
Paling ingat pengalaman tentang paskibra, yaitu kelompok paskibra Usth. Eva. Ngomong-ngomong, Usth. Eva itu adalah guru mentoringku sewaktu kelas 7 dan kelas 8, anggotanya ada aku, Ashfi, Qika, Ami, Mulki, Tase, Bia, Ladina, dan Agnia. Kelompoknya seruuu, gandeng, Ustadzahnya juga kocak. Kembali lagi ke paskibra, ketika tahu UAS akhir adalah di tes baris-berbaris per kelompok mentoring, aku sedikit pede. Aku berfikir bahwa kelompokku sudah kompak dan pasti bisa. Mungkin itu juga yang dialami kelompok-kelompok lain. Tapi ternyataa.. jeeng jeeng! Aku sudah hampir menyerah pas masa-masa latihan! Ribet, panas, capek. Capek, ribet, panas. Kesannya gitu-gitu aja. Tapi untungnya banyak kejadian lucu pas latihan, ide-ide tentang formasi yang cenderung ‘nggak masuk akal’, kesalahan-kesalahan pemimpin yang bikin greget, dan masih banyak lagi. Dan akhirnya, hari yang tidak ditunggu-tunggu pun datang. Melihat kelompok-kelompok lain yang sudah tampil, hati kami makin menciut. Kini tibalah kelompok kami yang dipanggil. Bismillah, semoga lancar, aku berdoa dalam hati. Awalnya kami melakukannya dengan lancar, tapi lama kelamaan hal buruk pun terjadi: formasi rusak, beberapa anggota tidak mendengar suara pemimpin, juri mulai menunjukkan ekspresi yang sulit dimengerti, dan.... kami tetap percaya diri walaupun hati makin ciut. Setelah tes tersebut berakhir, kami langsung ke kantin dan menertawakan semua yang terjadi.
Pengalaman berkesan juga terjadi pada saat aku ke Kebun Raya Bogor. Bertemu bule, melatih kemampuan berbahasa Inggris, mengobrol dengan Bahasa Inggris—walaupun pertanyaannya seputar itu-itu saja (What’s your name? Where do you live? What is your favorite food in Indonesia? Bla bla...), tapi karena baru pertama kali kami mengobrol dan bercengkrama dengan bule, rasanya itu spesial. Yang paling menyebalkan sekaligus tak terlupakan adalah ‘part of ngejar-ngejar bule’. Ngapain juga bule di kejar-kejar? Harus. Bagiku dan kelompokku menemukan bule sebelum ditemukan oleh kelompok lain adalah suatu keharusan, atau sebelum bule itu pergi mencari tempat lain misalnya, kami harus siaga mencegah mereka agar mau diwawancarai. Pernah sekali, di akhir-akhir waktu di Kebun Raya Bogor, kami menemukan dua orang bule perempuan berambut kriting coklat yang berwajah manis. Tapi kami awalnya kurang yakin kalau mereka itu bule, karena waktu itu jarak kami sangat jauh dengan mereka. Akhirnya demi mendapatkan nilai plus plus dan bukti foto yang banyak, kami berlari mengejar kedua bule itu melewati lapangan rumput yang sangaaat luas sambil berteriak “Miss! Miss! Missss!!” berkali-kali sampai akhirnya capek sendiri dan nafas mulai ngos-ngosan. Ketika sudah bertemu kedua bule itu—dengan wajah yang mengkhawatirkan, sepertinya—apa yang kami dapat? Baru saja kami memulai percakapan dengan bilang, “I want...” kedua bule itu langsung menggelengkan kepala, “Saya tidak mau diwawancara,” kata mereka dalam bahasa Inggris. Hanya 4 kata, tapi bagi kami penolakan yang luar biasa. Setelah mendengar kata-kata (evil) itu, kami mulai menjauhi si bule, sambil mengeluh dan mengeluh lagi, kemudian kami beristirahat sebentar dilapangan rumput yang menjadi saksi perjuangan kita.
Naik kelas, teman baru, kelas baru. Kelas 8, lebih banyak hal-hal ‘aneh’ yang ignin diceritakan, tapi bingung harus memulai darimana. Oke, bagaimana kalau dari LT1?
Awalnya, pelajaran pramuka kelas 8 mengharuskan kami membuat kelompok. Dan, akhirnya terciptalah kelompok gabungan dari NAGIFFAM, Qika, Nida, dan Rahmi. Sebenarnya LT1 sendiri dimulai dengan persiapan yang ribet banget. Mulai dari nentuin yel-yel, nyariin anggota yang berpencar kesana-kemari, sama lat. PBB di waktu yang sempiiit banget. Tapi malam pas api unggun itu loh, kami harus menampilkan yel-yel yang sudah kami buat dengan susah payah di depan semua orang. Sebelum kami tampil, kami latihan dengan semangat di antara kerumunan orang di belakang, dan akhirnya terciptalah yel-yel ‘Bangke’. Bukan yel-yelnya yang bangke, tapi nama lengkap kelompok kami sebenarnya adalah Edelweis ‘dalam kurung Bangke’. Dan, berhubung mental kami adalah mental sang juara, ketika disuruh maju ke depan kami bukannya bernyanyi tapi malah diam menunggu takdir selanjutnya. Ketika mulai bernyanyi pun Cuma suara Ami yang paling kencang, karena yang lainnya (termasuk aku), speechless, dan saking nervous-nya otak kami ngeblank dan diakhiri dengan kekacauan suasana.
Nggak Cuma itu, kelasku, BBG, punya tradisi tersendiri untuk mempromosikan yel-yel yang kami buat. Yel-yel kami berasal dari nama-nama anak BBG dan dinyanyikan dengan lagu yang sedang booming pada saat itu. 
Jadi ceritanya, waktu itu kami ada pelajaran pramuka dan semua kelompok diharuskan membawa tongkat dan bendera sebagai perlengakapannya. Karena mungkin, perlengkapan pramuka itu mirip-mirip dengan perlengkapan untuk pawai, maka kami segera konvoi menuju lapangan, kemudian balik lagi ke kelas, kemudian ke lapangan lagi, sambil membawa-bawa tongkat dan bendera tersebut sambil menyanyikan yel-yel BBG terus-menerus. Walaupun dilihat sama adik kelas, rasanya kalau udah seneng nggak bisa berhenti. -_-
Yang paling berkesan di kelas 8 ini adalah ketika Adzkia EXPO. Kegiatan ini melibatkan seluruh ekstra kulikuler di Adzkia dalam menampilkan bakat-bakat mereka. Ada Jurnalistik, Pramuka, Karate, TOA, Seni Musik, dan masih banyak lagi. Pada waktu itu aku mengambil ekskul Jurnalistik dibawah bimbingan Usth. Zahrina. Ekskul ini tak kalah sibuk dengan ekskul-ekskul lainnya, mulai dari membuat TV dari sterofoam, menggunting-gunting kardus, latihan menjadi pembawa berita dan reporter, menentukan musik yang bagus dan sesuai, pokoknya ribet. Ribet tapi menyenangkan. Kebetulan waktu di ekskul ini, aku menjadi reporter yang mewawancarai beberapa dokter mayat (Yang dibintangi oleh Dara, Nasya, dan Vimel) yang sedang meneliti keanehan dari prilaku mayatnya. Dan, video dari hasil wawancara tersebut ditampilkan pada saat Adzkia EXPO. Ugh, sedikit malu sih.
Dan, masih banyak lagi pengalaman di kelas 8, termasuk study tour ke Yogyakarta dan Market Day. Semoga pengalaman-pengalaman tersebut bakal jadi memori indah yang nggak akan terlupakan.
Di kelas 9, aku baru memulai pelajaran semester 1, tapi sudah banyak kejadian ‘aneh dan lucu’ di akhir-akhir masa SMP ku ini. Contohnya tadi pagi, kami berdemo agar kelas tidak dipindahkan. Kami bicara soal ketidakadilan, perampasan hak, dan keputusan sepihak, pokoknya pembicaraan kearah nasionalisme banget. Kami mulai berdemo pada pagi hari setelah character building, kami mulai dengan mencoret wajah kami dengan hapusan spidol, lalu gagang sapu yang kami beri tulisan seperti: Kami Tidak Mau Dipindahkan, atau Pindah? NO! Atau gagang pel yang kami acung-acungkan ke udara sambil meneriakkan yel-yel yang entah apa namanya, dan masih banyak lagi. Kami mengitari jalanan menuju ke kantor pusat, niatnya sih mau ke Ustadzah Heti, tapi akhirnya nggak jadi, dan akhirnya kami berbalik arah dan pindah kelas itupun tetap dilaksanakan. Ternyata suara kita tidak didengar, tapi tak apa. Toh kami lebih memilih selfie untuk mengabadikan momen-momen yang yang tidak akan kami rasakan lagi setelah lulus nanti.
Sepertinya cukup sekian dariku. Sebenarnya masih banyak pengalaman yang ingin aku sampaikan, tapi takutnya kepanjangan dan malah menjadi sebuah buku, jadi aku cukupkan sampai sini sajaaa~

Wassalamalaikum wr.wb.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar :

Posting Komentar